PEMBAHASAN
1.
Pada
Masa Nabi Muhammad.
Pada masa Rasulullah saw. Ilmu pengetahuan
belum begitu pesat seperti pada masa sekarang. Ketika itu, umat Islam
masih terfokus pada penyebaran Islam. Al Quran dan Hadis Nabi
menjadi pedoman hidup umat Islam pada waktu itu. Ilmu pengetahuan langsung
bersumber dari Rasulullah melalui wahyu dari Malaikat Jibril.
Nabi Muhammad SAW mendapatkan wahyu pertama surat Al-Alaq 1-5.
Perintah membaca dari malaikat Jibril menandai bahwa Nabi Muhammad
diperintahkan untuk mencari Ilmu. Kondisi ini dilanjutkan Nabi ketika beliau
mengajak sahabat-sahabatnya untuk mempelajari Al-Qur’an di rumah Arqam. Hanya
saja ilmu pengetahuan yang diajarkan Nabi ini sebatas pada ajakan untuk
mengesakan Allah (Tauhid). Setelah itu, para sahabat selalu menghafal ayat-ayat
yang telah mereka dengar dari Rasulullah saw. Dengan ilmu
pengetahuan, seseorang akan menjadi mulia, terhormat, dan mampumenghadapai
segala permasalahan yang terjadi di dalam kehidupan. Allah SWT. Mengangkat
derajat seseorang, karena mereka beriman dan diberi ilmu pengetahuan.
Sebagaimana di dalam firmannya didalam surat Al Mujadilah ayat 58 yang berarti:
“Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yangberiman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.”
Pembentukan Aqidah, Syari’ah, dan Akhlak itu
disajikan oleh Rasulullah sebagai Mahaguru pendidik yang agung secara
berangsur–angsur bersamaan dengan berangsur–angsurnya Al-Qur’an diturunkan kepada
beliau. Pendidikan inipun diberikan dalam masa dua periode yaitu periode
sebelum Hijrah yang berpusat di Mekkah. Dan periode sesudah Hijrah berpusat
di Madinah. Kemudian sebelum beliau melaksanakan pendidikan secara
terang–terangan kepada masyarakat luas setelah menerima wahyu, beliau membentuk
kelompok yang berbentuk “model pengajian.” Mula–mula
hal ini dilakukan pada tempat di suatu bukit di luar kota
Makkah tetapi kemudian berpindah ke rumah
seorang pemuda bernama Al Arqam bin Abu Arqam yang berlangsung selama lebih
kurang empat tahun. Pengikut pengajian itu berjumlah 40 orang, sebagian besar
yang mengikuti adalah para pemuda.
Adapun lembaga pendidikan yang terkenal pada
masa Rasulullah adalah Mesjid. Sudah menjadi tradisi Rasulullah bahwa beliau duduk
di mesjid Nabawi di Madinah guna memberikan pelajaran kepada para sahabat
mengenai masalah-masalah keagamaan dan masalah–masalah duniawi.
Ketika Nabi
Muhammad di madinah, mulailah ada tanda-tanda kemajuan. Beliau mengajak
ummatnya untuk mendalami keimanan, memperbaiki ekonomi ummat, mengurusi masalah
sosial, politik dan ketatanegaraan. Semua ilmu yang digunakan oleh nabi
bersumber dari wahyu Al-Qur’an dan Al-Hadits.
2.
Pada
Masa Khulafaur Rasyidin.
Sepeninggal Nabi Muhammad SAW. Islam
dilanjutkan oleh para Khulafaur Rasyidin. Khulafaur Rasyidin memiliki
pengertian orang-orang yang terpilih dan mendapat petunjuk menjadi
pengganti Nabi Muhammad SAW.Adapun yang mendapat sebutan Khulafaur rasyidin ada
4 yaitu: Abu Bakar As-Shidiq, Umar Bin Khattab, Utsman Bin Affan dan
Ali Bin Abi Thalib.
Pada masa Abu Bakar As-Shidiq, ilmu
pengetahuan islam tidak berkembang maju, karena disibukkan dengan
masalah-masalah seperti menumpas Nabi palsu, gerakan kaum murtad,
gerakan kaum munafiq, dan memerangi yang enggan berzakat. Sekalipun demikian,
banyak pula kemajuan yang dicapai pada masa ini yaitu;
memperbaiki sosial ekonomi, pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an dan
memperluas wilayah islam sampai ke Irak, persia dan Syiria.
Pada masa Umar bin Khattab, perkembangan
Islam juga sebatas pada perluasan kekuasaan Islam dan masalah ketatanegaraan
(politik), namun demikian, pada masa ini juga dicapai kemajuan-kemajuan
seperti; pembagian daerah kekuasaan Islam,membentuk Baitul mal, dan dewan
angkatan perang, menetapkan tahun hijriyah, serta membangun masjid seperti
masjidilharam, masjid nabawi, masjid Al-Aqsha, dan masjid Amr ibnu ‘Ash.
Pada masa Khalifah Utsman bin Affan,
perkembangan ilmu pengetahuan Islam sudah berkembang maju terbukti dengan hasil
yang dicapai khalifah Utsman yaitu; merenovasi masjid nabawi, usaha pengumpulan
dan penulisan Al-Qur’an, pembentukan angkatan laut, dan perluasan wilayah Islam
sampai ke Khurosan, Armenia,Tunisia dan Azerbeijan.
Pada Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib,
perkembangan Islam diwarnai oleh intrik-intrik politik terutama dari kelompok
Muawiyah dan golongan khawarij. Namun demikian , khalifah Ali berhasil
mempertahankan wilayah Islam dengan kedamaian sekalipun masih terjadi
peperangan. Setidaknya telah terjadi 2 peperangan pada masa ini yakni perang
jamal( perang Onta), melawan pasukan Tholhah, Zubair, dan Aisyah)dan perang
shifin (perang melawan Muawiyah).
Usaha-usaha perbaikan yang dilakukan oleh Khalifah Ali bin Abi
Thalib adalah;
-
Pada bidang pemerintahan,
mengganti para gubernur yang diangkat khalifah Utsman
-
Menarik kembali tanah
milik Negara
-
Menata kembali politik militer.
Dalam bidang ilmu bahasa, ia
merintahkan Abul Aswad Ad Duali mengarang ilmu nahwu untuk mempelajari
ilmu Al-Qur’an.
Dalam bidang pembangunan, ia mampu membuat
tata kota yang indah dan kuat yaitu kota Kufah.
3. Pada Masa Bani Umayyah
Bani Umayyah (bahasa Arab: بنو أمية, Banu Umayyah, Dinasti Umayyah)
atau Kekhalifahan Umayyah, adalah kekhalifahan Islampertama setelah masa Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari 661 sampai 750 di Jazirah
Arab dan sekitarnya
(beribukota di Damaskus):
serta dari 756 sampai 1031 di Kordoba, Spanyol sebagai Kekhalifahan Kordoba. Nama dinasti ini dirujuk kepada Umayyah bin 'Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah,
yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan atau kadangkala disebut juga dengan Muawiyah
I.
A. Sejarah ringkas lahirnya daulah Bani Umayyah
Ketika
Ali bin Abi Tholib dari Bani Hasyim Muawiyyah menolak mengakui kehalifahan Ali,
dan ketika Ali tidak meghukum para pembunuh Utsman Muawiyah menyatakan diri
sebagai penuntut balas darah Utsman dan sekaligus sebagai pewaris jabatannya,
maka terjadilah persaingan antara Bani Umayyah dan Bani Hasyim, konfrontasi
kontak senjata antar keduanya itu terjadi di Siffindiperbatasan
antara Suriah dan Iraq. Ketika kemenangan hampir berada dipihak Ali Amr bin As
tangan kanan Muawiyah untuk bernegoisasi dengan mengangkat al-Qur’an untuk
berdamai, perdamain dilakukan dengan cara Tahkim, Amr
bin As diangkat sebagai perantara dari fihak Muawiyah dan Abu Musa al-Asyari
dari fihak Ali. Mereka bermufakat untuk menurunkan kepemimpinan mereka
masaing-masing, akan tetetapi keputusan dari fihak muawiyah ternyata merugikan
fihak Ali sehingga Ali menolaknya. Namun Ali sangat sibuk menenteramkan
bagian-bagian wilayah yang mengakuinya sehingga tidak sempat memerangi
Muawiyah. Sementara itu Muawiyah berhasil mengusir gubernur yang diangkat Ali
dari Mesir yang kemudian mengirim pasukan untuk menyerbu Irak. Sebelum Ali
bertindak untuk menghukum pembangkangan Muawiyah terhadap kepemimpinanya, salah
satu lawan politiknya berhasi membunuh Ali dalam suatu tindakan menuntut balas
Dengan
meninggalnya khalifah Ali Bin Abi Thalib dari Khulafaur Rasyidin, maka bentuk
pemerintahan Islam yang dirintis Nabi Muhammad SAW berubah dari system
demokrasi menjadi monarkhi (kerajaan) yaitu Daulah Bani Umayyah. Daulah Bani
Umayyah didirikan oleh Muawiyah Bin Abi Sufyan bin Harb bin Umayyah.
Memang
ada usaha dari putra ali hasan bin ali bin abi thalib untuk menggantikan
ayahnya karena tidak rela melihat umat Islam saling membunuh untuk merebutkan
kekuasaan, tiga bulan setelah dibaiat Hasan menyerahkan kekuasaan kepada
Muawiyah dengan berapa syarat.
Muawiyah
(memerintah 661-680) adalah orang yang bertangungjawab atas sistem suksesi
kepemimpinan dari yang bersifat demokratis dengan cara pemilihan dengan cara
pemilihan kepada yang bersifat keturunan. Hal demikian ditentang oleh Husein
bin Ali dan Abdullah bin Zubair yang kemudian meninggalkan madinah,
pertentangan ini melahirkan perang saudara kedua. Dengan kemenangan Bani
Umayyah.
B. Tokoh-tokoh Daulah Bani Umayyah
Suksesi
kepemimpinan secara tutun temurun dimulai ketika Muawiyah mewajibkan seluruh
rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya Yazid. Muawiyah bermaksud mencontoh monarkhi di Persia dan Byzantium.
Kekuasaan Bani Umayyah berumur kurang lebih 90 tahun. Ibu kota dipindahkan Muawiyah dari Madinah ke Damaskus.
Kekuasaan Bani Umayyah berumur kurang lebih 90 tahun. Ibu kota dipindahkan Muawiyah dari Madinah ke Damaskus.
Kehalifahan
Bani Umayyah berhasil mengukuhkan kehalifahan di Damaskus dengan khalifah :
Muawiyah I bin abu sofyan (661-680), Yazid I (680-683), Muawiyah II (683-684),
marwan I bin al-Hakam (684-685), Abdul Malik (685-705), al-Walid II (705-715),
Sulaiman (715-717), Umar Bin Abdul Aziz (717-720), Yazid II (720-724), Ibrahim
(744) dan marwan II (744-750).
Pemindahan
pusat pemerintahan didamaskus yang mulanya di madinah menandakan dimulainya era
baru. Dari pusat inilah bani umayah mulai menyempurnakan penyempurnaan
wilayahnya dengan penaklukan seluruh imperium persia dan sebagian imperium
bizantium
C.
Kekuasaan dan Kebijakan Politik Ekonomi
Kebijakan
politik muawiyah, selain upaya mengamana-pengamanan didalam negeri dari saingan
politiknya serta pertentangan dari suku-suku arab adalah upaya-upaya perluasan
kekuasaan/ekspansi.
Ketika
awal muawiyah mengasai kehalifahan Islam telah tersebar dimesir, libia suriah,
irak dan persia, menyebrang ke Armenia sampai kesekitar Afganistan, Ekspansi
yang terhenti pada masa Khalifah Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib
dilanjutkan kembali oleh Daulah Umayyah. Di zaman Muawiyah, Tunisia dapat
ditaklukan. Di sebelah timur, Muawiyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai
ke sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul, angkatan lautnya melakukan
serangan-serangan ke ibu kota Byzantium, Konstatinopel. Ekspansi ke timur yang
dilakukan oleh Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh Khalifah Abdul Malik. Dia
mengirim tentaranya menyeberangi sungai Oxus dan dapat berhasil menaklukan
Balkan, Bukhara, Ferghana dan Samarkand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan
dapat menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke Maltan.
Adapun
ekspansi ke barat secara besar-besaran dilanjutkan pada zaman Walid bin Abdul
Malik (705-715 M). Pada masa pemerintahannya yang berjalan kurang lebih sepuluh
tahun itu tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah
barat daya, Benua Eropa, yaitu pada tahun 711 M. Setelah Aljazair dan Maroko
dapat ditundukan, Tariq bin Ziyad, pemimpin pasukan Islam, dengan pasukannya
menyeberangi selat yang memisahkan Maroko dengan Benua Eropa, dan mendarat di
suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Tariq). Tentara
Spanyol dapat dikalahkan. Ibukota Spanyol, Cordova, dengan cepat dapat
dikuasai. Menyusul setelah itu kota-kota lain seperti Seville, Elvira dan
Toledo yang dijadikan ibukota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Cordova.
Pada
zaman Khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720 M),futûhât dilakukan hingga ke Prancis melalui
Pegunungan Piranee.Futûhât ini
dipimpin oleh Aburrahman bin Abdullah al-Ghafiqi. Ia memulai dengan menyerang
Bordeau, Poitiers. Dari sana ia mencoba menyerang Tours. Namun, dalam
peperangan yang terjadi di luar Kota Tours, al-Ghafiqi syahid, dan tentaranya
mundur kembali ke Spanyol. Di samping daerah-daerah tersebut di atas,
pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah juga jatuh ke tangan Khilafah pada
zaman Bani Umayyah ini.
Dengan
keberhasilan ekspansi di atas, wilayah kekuasaan Khilafah masa Bani Umayyah ini
betul-betul sangat luas; meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina,
Jazirah Arab, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang
sekarang disebut Pakistan, Turkmenia, Uzbek, dan Kirgis di Asia Tengah.
Dari
persatuan berbagai bangsa dibawah naungan Islam lahirlah benih-benih kebudayaan
dan peradaban islam yang baru, meskipun demikian Bani Umayyah lebih banyak
memusatkan perhatian kepada kebudayaan Arab. Kekuasaan dan kejayaan bani
Umayyah mencapai puncaknya di zaman al-Walid sesudah itu kekuasaannya menurun.
D.
Perkembangan Peradaban dan Kebudayaan
1. Kemajuan dalam bidang ilmu hadits
Perkembangan
hadits semakin pesat pada masa tabi’in dengan berkembangnya gerakan rihlah ilmiah, yaitu pengembaran ilmiyah yang dilakukan para muhaditsin
dari satu kota kekota lain, mereka melakukan hal demikian untuk mendapatkan
suatu hadits dari sahabat yang masih hidup dan tersebar diberbagai kota. Hal
ini dilakukan untuk membuktikan keaslian suatu hadits. Usaha yang mereka
lakukan ini menimbulkan suatu kajian hadits yang kemudian berkembang menjadi Ulumul Hadits.
Pada
masa khlaifah umar bin Abdul Aziz mulailah dilakkukan upaya pembukuan
hadits-hadits yang tersebar diberbagai tempat. Khalifah Umar bin Abdul Aziz
memerintahkan pada para gubernurnya dan para ulama terkemuka untuk mengumpulkan
dan membukukan hadits untuk disebarkan pada masyarakat Islam.
Khalifah
Umar bin Abdul Aziz memberikan kepercayaan kepada gubernur madinah Ibn Hazm
untuk menghimpun dan membukukan hadits-hadits yang ada padanya dan yang ada
pada sahabat lainnya di kota madinah. Usaha pengumpulan hadits terus dilalkukan sampai akhir
kepemimpinan Khalifah Umar bin Abdul Aziz (120 H). Diantra para ulama yang
berjuang mengumpulkan dan membukukan hadits adalah Ibnu Juraij (di Makkah),
Muhammad bin Ishak (di Madinah), Said bin Urwah (di basarah), sufyan as-Sauri
(di kufah) dan Awza’il (di Syiria). Ulama hadis dan karyanya pada masa Daulah Umayyah adala :
1. Imam Bukhari karyanya adalah Shahih Bukhari
2. Imam Muslim karyanya adalah Shahih Muslim
3. Imam Nasa’i karyanya adalah Sunan An-Nasa’i
4. Imam Abu Daud karyanya adalah Sunan Abi Daud
5. Imam Turmudzi karyanya adalah Sunan Turmuzi
6. Imam Ibnu Majah karyanya adalah Sunan Ibnuu Majah
2. Kemajuan dalam bidang ilmu tafsir
Tafsir
dianggap sebagai bagian dari hadits atau dianggap sebagai bagian dari
cabang-cabang hadits ketika hadits pada masa awal Islam menjadi perhatian.
Sehingga pada masa itu hadits dianggap sebagai tafsir dari ayat-ayat al-Quran,
tidak tersusun berdasarkan tertib surat dan ayat.
Diantara
ahli tafsir terkenal adalah Abdullah Bin Abbas dan Ibnu Juraij yangtelah
menghimpun apa yang telah diterima sehingga tafsirnya merupakan tafsir yang
sangat detail. Muqatil bin Sulaiman dimana tafsirnya banyak yang bersumber dari
Taurat, sehingga Imam ibnu Hanifah menudingnya sebagi pendusta.
3. Kemajuan dalam bidang ilmu fiqih
Pada
perkembangannya fiqih dizaman pemerintahan Bani Umayyah merupakan ilmu prektis
yang digali dari dalil yang sudah terperinci, para ahli diantanya: ibnu juraih
(makkah) malik bin annas (madinah), yang menulis kitab al-Muattha Hammad bin
salmah, Sufyan as-Sauri (kufah) ibnu ishaq, setelah itu muncul pula penulis
hasyim lais serta ibnu luhai’ah dll. Pada masa ini dapat dikatakan bahwa
pemikiran ilmu fiqih yang terjadi hanya merupakan pemikiran-pemikiran para ilmu
fiqh yang belum mapan dan belum dibukukan.
4. Kamjuan dalam bidang ilmu tasawuf
Para
ahli sejarah tasawuf menilai bahwa munculnya gerakan tasawuf pada masa Daulah
Bani Umayyahtidak terlepas dari kondisi kehidupan masyarakat, terutama
dikalangan istana Bani Umayyah, yang oleh sebagian mereka me-nyimpang jauh dari
kehidupan yang diajarkan oleh Rasulullah dan para sahabat yang selalu hidup
sederhana. Ada juga yang memandang Bani Umayyah sebagai penguasa yang lalim,
sehingga mereka (para sufi) tidak mau melakukan sumpah setia (bai’at) kepada
Abdul Malik bin marwan ketika naik tahta kerajaan.
1. Arsitektur
Seni
bangunan (arsitektur) pada masa umayyah bertumpu pada bangunan sipil berupa
kota-kota dan bangunan agama berupa masjid-masjid. Beberapa kota baru atau
perbaikan kota lama dibangun dalam zaman umayyah yang diiring dengan
pembangunan berbagai gedung dengan gaya padua Persia, romawi dan arab yang
dijiwai semangat Islam.
Pada
masa walid dibangun masjid agung yang terkenal dengan nama masjid Damaskus atas
kereasi Abu Ubaidillah Ibn Jarrah. Ini berukuran 300x200 m2 dan memiliki 68 pilar dilengkapi
dinding-dinding berukir yang indah[1].
Salah
saatu kota baru yang dibangun pada zaman ini adalah kota Kairawan yang
didirikan oleh uqbah bin naïf ketika beliau menjadi gubernur. Sabagai mana
kota-kota lain Kairawan dibangun dengan gaya arsitektur islam dilengkapi dengan
berbagai gedung, masjid, taman rekreasi, pangkalan militer dan sebagainya,
kemudian kota ini menjadi kota internasional karena didalam nya terdapat bangsa
arab, Barbar, Persia, Romawi, Qibti dll.
2. Perdagangan
Setelah
daulah Bani Ummaiyah menguasai wilayah yang cukup luas lalu lintas perdagangan
mendapat jaminan yang layak. Jalur darat melalui jalur sutra ke tingkok guna
memperlancar perdagangan sutera, keramik, ubat-obatan dan wewangian.
Adapun
lalu-lintas dilautan kearah negeri-negeri kearah timur untuk mencari
rempah-rempah, bumbu, ambary, kasturi, permata, logam mulia, gading dan
bulu-buluan. Dari kedua kota pelabuhan itu iring-iring kafilah dagang hamper
tidak putus menuju syam dan mesir. Kemudian dari syam dan mesir kapal-kapal
dagang dibawah lindungan armada islam mengankatnya lagi ke kota-kota dagang di
laut tengah.
3. Militer
Pada
masa umayah organisasi milliter terdiri dari angkatan laut, darat dan angkatan
kepolisian. Berbeda dengan usman bala tentara pada masa ini tidak muncul atas
dasar kesadaran untuk berjuang tetapi semacam dipaksakan. Pada masa abd al
malik ibn marwan diberlakukan undang-undang wajib militer, pada waktu itu
aktifitas bala tentara diperlengkapi dengan kuda, baju besi, pedang dan panah.
4. Kerajinan
Pada
masa khalifah Abdul Malik mulai dirintis pembuatan tiras, yakni cap resmi yang
dipakai pada pakaian khalifah dan para pembesar pemerintah. Format tiraz yang
mula-mula terjemah dari rumus-rumus Kristen kemudian oleh Abdul Aziz (gubernur
mesir) dibanti dengan rumus islam “lailaha illahah”. Guna memperlancar
produktifitas maka khalifah mendirikan pabrik-pabrik kain.
Dibidang
seni lukis semenjak khalifah muawiyah sudah mendapat perhatian, senilukis tersebut
selain terdapat di bangunan masjid-masjid juga tumbuh diluar masjid.
E. Faktor kejatuhan Daulah
Bani Umayyah
Daulah
bani Umayyah mengalami masa kemunduran ditandai dengan melemahnya sistem
politik karena banyaknya persoaalan-persoaalan yang dihadapi penguasa.
Diantaranya adalah masalah politik, ekonomi dan sebagainya.
Setelah
Hisyam bin Abdul Malik para khalifah bani Umayyah tidak lagi bisa diandalkan
untuk mengendalikan pemerintahan dan keamanan dengan baik, selain itu tidak
dapat mengatasi pemberontakan-pemberontakan dari dalam negeri. Bahkan tidak
mampu lagi mempertahankan keutuhan dan persatuan dikalangan keluarga bani
Umayyah, sehingga sering terjadi pertikayan didalam rumah tangga istana. Salah
satu penyebabnya adalah perebutan kekuasaan siapa yang akan menggantikan
khalifah dan seterusnya.
Gerakan
oposisi yang pertama-tama dinamakan dinamakan hasyimiah dan kemudian Abbasiah
secara berturut dipimpin Muhammad bin ali kemudian kedua putranya, ibrahim dan
abu abbas, gerakn ini mendapat dukungan dari orang-orang khurasan yang
merupakan basis dari partai Ali. Dibawah pemimpin wilayah demi wilayah kekuasaan bani Umayyah
Khalifah
terakhir Bani Umayyah dapat dikalahkan pada pertempuran Zeb Hulu, sebuah anak
sunagi tigris, sementara pasukan Abassiyah membunuh semua anggota keluarga bani
umayyah yang berhasil merek atawan, ketika mereka mencapai mesir dari kesatuan
pendukung Abbasiyah berhasil menemukan dan membunuh marwan II. Maka berakhirlah
kekuasaan bani Umayyah
F.
Sebab-sebab kemunduran Daulah Umayyah
1. Khalifah
memiliki kekuasaan yang absolut, tidak mengenal kompromi.
2. Gaya hidup mewah para khalifah, kebiasaan perta dan
berfoya-foya dikalangan istana yang menyebabkan rendahnya moralitas.
3. Tidak adanya ketentuan yang tegas mengenai sistem
pengangkatan Khalid, yang menyebabkan perebutan kekuasaan diantara para calon
Khalifah.
4. Pada masa abad ke-3 dan ke-4 H, usaha pembukuan hadist
mengalami kemajuan dan kejayaan, karena umumnya buku-buku tersebut menjadi
bahan rujukan hadits bagi yang ingin dan belajar ilmu hadits.
5. Banyaknya gerakan-gerakan pemberontakan selama masa
pertengahan sapai dengan akir pemerintahan Bani Umayyah.
6. Pertentangan antara arab utara dan arab selatan
semakin meruncing, sehingga pemerintahan Bani Umayyah kesulitan mempertahankan
keutuhan negaranya.
7. Banyaknya tokoh agama yang kecewa dengan kebijakan
para penguasa Bani Umayyah, karena tidak didasari oleh syariat Islam.
G. Keruntuhan Daulah Bani Umayyah
Keruntuhan Bani
Umayyah ditandai dengan kekalahan Marwan Bin Muhammad dalam pertempuran Zeb Hulu melawan pasukan Abu Muslim al-Kurasani pada tahun 748
M. pada peristiwa itu terjadi pembersihan etnis terhadap anggota keluarga Bani
Umayyah.
Sebab-sebab keruntuhannya sebagai berikut :
1. Terjadinya persaingan kekuasaan didalam anggota
keluarga kerajaan
2. Tidak ada pemimpin politik dan militer yang handal
yang mampu mengendalikan kekuasaan dan menjaga keutuhan negara
3. Munculnya berbagai gerakan perlawanan yang
menentang kekuasaan Bani Umayyah, antara lain gerakan kelompok Syi’ahSerangan
pasukan Abu Mulim al-Khurasani dan pasukan Abdul Abbas kepusat- pusat
pemerintahan dan mengahancurkannya.
4. Pada Masa Bani Abbasiyah
Kekhalifahan Abbasiyah (Arab: الخلافة العباسية, al-khilāfah al-‘abbāsīyyah)
atau Bani
Abbasiyah (Arab:العباسيون, al-‘abbāsīyyūn)
adalahkekhalifahan kedua Islam yang
berkuasa di Baghdad (sekarang ibu kota Irak). Kekhalifahan ini berkembang pesat
dan menjadikan dunia Islam sebagai pusat pengetahuan dengan menerjemahkan dan
melanjutkan tradisi keilmuan Yunani dan Persia. Kekhalifahan ini berkuasa
setelah merebutnya dari Bani Umayyah dan menundukan semua wilayahnya
kecuali Andalusia. Bani Abbasiyah dirujuk kepada
keturunan dari paman Nabi Muhammad yang termuda, yaitu Abbas bin
Abdul-Muththalib (566-652), oleh karena itu mereka juga
termasuk ke dalamBani Hasyim. Berkuasa mulai tahun 750 dan
memindahkan ibukota dari Damaskus ke Baghdad. Berkembang selama dua
abad, tetapi pelan-pelan meredup setelah naiknya bangsa Turki yang
sebelumnya merupakan bahagian dari tentara kekhalifahan yang mereka bentuk, dan
dikenal dengan nama Mamluk. Selama 150 tahun mengambil
kekuasaan memintas Iran, kekhalifahan dipaksa untuk menyerahkan kekuasaan
kepada dinasti-dinasti setempat, yang sering disebut amir atau sultan. Menyerahkan Andalusia kepada
keturunan Bani Umayyah yang melarikan diri, Maghreb dan Ifriqiya kepada Aghlabid dan Fatimiyah. Kejatuhan totalnya pada tahun 1258 disebabkan
serangan bangsa Mongol yang
dipimpin Hulagu Khan yang menghancurkan Baghdad dan tak
menyisakan sedikitpun dari pengetahuan yang dihimpun di perpustakaan Baghdad.
Sejarah pertumbuhan
ilmu pengetahuan dikalangan kaum muslimin, dimulai sejak masaRasulullah saw
karena beliau mewajibkan umat islam untuk menuntut ilmu, baik itu ilmu
yangberhubungan dengan agama maupun ilmu yang berhubungan dengan pengetahuan
umum.Sebagaimana sabda rasulullah Saw:Artinya: “menuntut ilmu itu wajib bagi
setiap muslimin dan muslimah” (HR. Ibnu Abdil Barr)Dengan diwajibkannya
menuntut ilmu itulah kemudian lahirlah ulama-ulama, antara lain: AbuBakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali
bin Abi Thalib.Setelah Rasulullah wafat, perkembangan ilmu pengetahuan
berkembang kenegara-negara lain, mulaidari semenanjung Arab, Eropa, bahkan
sampai ke Cina.Daulah islamiyah yang telah berjasa mengembangkan islam dimulai
pada masa Umayyah danmencapai puncaknya pada masa Daulah Abbasiyah
(750M-1258M). Pusat perkembangan ditimuradalah dikota Bagdad yaitu di negeri
Irak dan berpusat di Kordoba yaitu negeri spanyol. Sebagai tandakejayaan umat
islam, mendirikan perpustakaan terbesar didunia yaitu Baitul Hikmah tahun 830
M.
Daulah Bani
Abbasiyyah berkuasa selama 5 abad yaitu mulai tahun 132 – 656 H / 750
– 1258 M,menggantikan Daulah Bani Umayyah yang telah berkuasa selama 92 tahun
(40 – 132 H / 660 – 750M). Dengan wafatnya Marwan bin Muhamad dalam suatu
pertmpuran melawan Bani Abbasiyyah,maka
berakhir pulalah kekuasaan Bani Umayyah.Dinamakan bani Abbasiyyah,
karena para pendiri dan kholifahnya merupakan keturunan dariAbbas bin Abdul
Mutholib (paman Nabii Muhammad s.a.w.)Kholifah yang pertama kali menduduki
jabatan adalah Abdul Abbas Asy Syafah yang berkuasapada tahun 132 – 136 H / 750
– 753 M yang kemudian diikuti oleh kholifah-kholifah yang lain silihberganti
sebanyak 37 kholifah.Selama berkuasa Daulah bani Abbasiyyah mengalami masa
kejayannya, mulai dari berdirinya hinggasampai pada masa pemerintahan kholifah
Alt Watsik Billah tahun 232 H / 879 M. Masa tersebutmerupakan masa yang gilang
gemilang, bahkan dapat dikatakan masa keemasan bagi umat Islam.Diantara
kholifah yang besar adalah Abu Abbas Asy Sofa, Abu Jafar al Mansyur, Harun
ar-Rasyid, Al Makmum, Al Mu’tazim dan Al Watsik. Mereka adalah para kholifah
yang telahmenghantarkan ke puncak masa kejayaan dan keemasan daulah bani
Abbasiyyah. Setelah itu hampirtidak ada
kholifah yang besar lagi, ini dikarenakan mereka lebih banyak disibukkan dengan
halduniawi dan saling berebut kekuasaan.
5. Ilmuwan Muslim Pada Masa Bani
Umayyah
Berikut ini nama-nama ilmuwan beserta
bidang keahlian yang berkembang diAndalusia masa dinasti Bani Umayyah :
NO.
|
NAMA
|
Bidang Keahlian
|
Keterangan
|
1.
|
Abu
Ubaidah Muslim Ibn Ubaidah al Balansi
|
- Astrolog
- Ahli
Hitung
- Ahli
gerakanbintang-bintang
|
Dikenal
sebagai Shahih al Qiblat karena banyak sekali mengerjakan penetuan
arah shalat.
|
2.
|
Abu al Qasim
Abbas ibn Farnas
|
- Astronomi
- Kimia
|
Ilmi kimia, baik
kimia murni maupun terapan adalah dasar bagi ilmu farmasi yang erat kaitannya
dengan ilmu kedokteran. Farmasi dan ilmu kedokteran telah mendorong para
ahli untuk menggali dan mengembangkan ilmu kimia dan ilmu tumbuh-tumbuhan
untuk pengobatan.
|
3.
|
Ahmad ibn Iyas
al Qurthubi
|
Kedokteran
|
Hidup pada masa
KhalifahMuhammad I ibn abd alrahman II Ausath
|
4.
|
Al Harrani
|
|
|
5
|
Yahya ibn Ishaq
|
|
Hidup pada masa
khalifah Badullah ibn Mundzir
|
6.
|
Abu Daud
Sulaiman ibn Hassan
|
|
Hidup pada masa
awal khalifah al Mu’ayyad
|
7.
|
Abu al Qasim al
Zahrawi
|
- Dokter
Bedah
- Perintis
ilmu penyakit telinga
- Pelopor
ilmu penyakit kulit
|
Di Barat dikenal
dengan Abulcasis. Karyanya berjudul al Tashrif li man ‘Ajaza ‘an al Ta’lif,
dimana pada abad XII telah diterjemahkan oleh Gerard of Cremona dan
dicetak ulang di Genoa (1497M), Basle (1541 M) dan diOxford (1778 M)
buku tersebut menjadi rujukan di universitas-universitas di Eropa.
|
8
|
Abu Marwan Abd
al Malik ibn Habib
|
- Ahli
sejarah
- Penyair
dan ahli nahwu sharaf
|
- wafat
238/852
- salah
satu bukunya berjudul al Tarikh
|
9.
|
Yahya ibn Hakam
|
- Sejarah
- Penyair
|
|
10.
|
Muhammad ibn
Musa al razi
|
-Sejarah
|
- wafat
273/886
- Menetap
di Andalusia pada tahun 250/863
|
11.
|
Abu Bakar
Muhammad ibn Umar
|
- Sejarah
|
- Dikenal
dengan Ibn Quthiyah
- Wafat
367/977
- Bukunya
berjudul Tarikh Iftitah al Andalus
|
12.
|
Uraib ibn Saad
|
- Sejarah
|
- Wafat
369/979
- Meringkas
Tarikh al- thabari, menambahkan kepadanya tentang al Maghrib dan Andalusia,
disamping memberi catatan indek terhadap buku tersebut.
|
13.
|
Hayyan Ibn
Khallaf ibn Hayyan
|
- Sejarah
& sastra
|
- Wafat
469/1076
- Karyanya
: al Muqtabis fi Tarikh Rija al Andalus dan al Matin.
|
14.
|
Abu al Walid
Abdullah ibn Muhammad ibn al faradli.
|
- Sejarah
- Penulis
biografi
|
- Lahir
di Cordovatahun 351/962 dan wafat 403/1013.
- Salah
satu karyanya berjudul Tarikh Ulama’i al Andalus
|
Perkembangan Bahasa dan Sastra Arab tidak terlepas
daripada peran para ulama dan sastrawan, diantaranya adalah:
-
Ali al
Qali. Ia adalah seorang tokoh besar pada zamannya. Ia dibesarkan dan menimba
ilmu Hadits, bahasa, sastra, Nahwu dan sharaf dari ulama-ulama terkenal
di Baghdad. Pada tahun tahun 330/941 al Nashir mengundang beliau untuk
menetap di Cordova dan sejak saat itu Ali mengembangkan ilmu Islam sampai
wafatnya (358/696). Dari sekian banyak karya tulisnya yang bernilai tinggi,
diantaranya adalah al Amalî dan al Nawâdir.
-
Ibn al
Quthiyah Abu Bakar Muhammad Ibn Umar. Ia adalah seorang ahli bahasa Arab,
Nahwu, penyair dan sastrawan. Ia menulis buku dengan judul al Af’âl dan
Fa’alta wa Af’alât. Ia meninggal pada tahun 367/977.
-
Al
Zabidi. Ia adalah guru dari Ibn Quthiyah. Al Zabidy sudah mengembangkan bahasa
dan sastra di Andalusia sebelum adanya Ali al Qali. Bukunya yang terkenal
adalah Mukhtashar al ‘Ain dan Akhbar al Nahwiyyîn.âîû
-
Said
Ibn Jabir, ia juga merupakan salah satu guru dari Ibn Quthiyah.
-
Muhammad
ibn Abdillah ibn Misarrah al Bathini (269-319) dari Cordova dikenal sebagai
orang pertama yang menekuni filsafat di Andalusia.
Berikut ini Bibliografi beberapa sastrawan
Andalusia :
-
Abu Amr
Ahmad ibn Muhammad ibn Abd Rabbih. Lahir di Cordova 246/860. ia menekuni ilmu
kedokteran dan musik, tetapi kecenderungannya lebih banyak kepada sastra
dan sejarah. ia berhasil menggubah syari-syair pujian (madah) bagi empat
khilafah Umawiyah, sehingga ia mendapat kedudukan terhormat di istana. Pada
masa al Nashir ia menggubah 440 bait syair dengan menggunakan bahan acuan
sejarah. Pada masa tuanya, Abu Amr menyesali kehidupan masa mudanya, kemudian
ia berzuhud. Oleh karenanya ia menggubah syair-syair zuhdiyyat yang
ia himpun dalam al Mumhishât. Sebagian besar karya syairnya sudah hilang,
sedangkan yang berupa prosa ia tuangkan dalam karyanya yang diberi nama al
‘Aqd al Fârid. Ia pada tahun 328/940 dalam keadaan lumpuh.
-
Abu
Amir Abdullah ibn Syuhaid. Lahir di Cordova pada tahun 382/992. Ia dikenal
dekat dengan penguasa. Dengan keterlibatannya dengan kemelut politik, ia
sering membuat syair-syair dalma rangka membesarkan atau menggulingkan seorang
penguasa. Pada masa kekuasaan Hamudiyah penyair ini dipenjarakan dan menerima
penghinaan serta penganiayaan yang berat. Ia dibebaskan dalam keadaan lumpuh
sampai wafat pada tahun 427/1035. Karyanya dalam bentuk prosa
adalah Risâlah al Tawâbi’ wa al Zawâbigh, Kasyf al Dakk wa Atsar al
Syakk dan Hanut ‘Athar.
- Ibn Hazm. Lahir pada tahun 384/994) merupakan
penyair sufi yang banyak menggubah puisi-puisi cinta.
6.
Ilmuwan
Muslim Pada Masa Bani Abbasiyah
Masa kekuasaan DinastiAbbasiyah merupakan
masa keemasan bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Pemikiran filsafat masuk ke
dalam Islam melalui filsafat Yunani yang dijumpai kaummuslimin
pada abad ke-8 M di Suriah, Mesopotamia, Persia, dan Mesir.
Di antara penguasa Abbasiyah yang termasuk tokoh
ilmuwan muslim adalah Abu Ja’far Al-Manshur, Harun Ar-Rasyid, dan Al-Makmun.
Peranan mereka selain melakukan kegiatan penerjemah, juga mendukung dan
memfalitasi kegiatan penerjemah yang dilakukan ilmuwan-ilmuwan yang lain:
1. Bidang
Kedokteran.
Ilmu kedokteran mulai berkembang pada akhir masa Abbasiyah I,
yaitu masa Khalifah Al-Watsiq, sedangkan puncaknya terjadi pada masa Abbasiyah
II, III, dan IV. Pada buku-buku karya Ar-Arazi banyak dijumpai
di museum-museum Eropa dan banyak digunakan sebagai buku rujukan untuk
dunia kedokteran.
Tokoh-tokohnya adalah :
A. Abu Zakaria Ar-Arazi seorang dokter yang
paling termasyur di zamannya beliau seorang kepala Rumah Sakit di Baghdad.
B. Ibnu Sina adalah seorang ilmuwan muslim
yang dikenal dengan julukan “Raja diraja Dokter” dan “Raja Obat” serta dianggap
sebagai perintis tentang penyakit syaraf dan berbagai macam penyakit. Selain di
bidang kedokteran, Ibnu Sina juga terkenal sebagai saintis ulung dan sebagai
filosof. Karya-karya Ibnu Sina sangat terkenal di Barat terutama di berbagai
perguruan tinggi di Prancis, salah satu karyanya yaitu Al-Qanun
fi At-Tibb danAsy-Syifa.
C. Ibnu Saha adalah saeorang direktur Rumah
Sakit Yudisapur
2. Bidang Filsafat.
Al-Kindi banyak menjelaskan pikiran-pikiran filsafat
Aristoteles. Maka tidak heran jika ada yang memberinya gelar sebagai penggerak
filosof Arab.
Al-Farabbi lebih dikenal sebagai seorang filosof daripada
ilmuwan.
Ibnu
Sina selain seorang tokoh di bidang kedokteran dia juga sorang
filosof.
3. Bidang Matematika.
a. Al-Khawarizmi adalah tokoh utama
dalam kajian matematika Arab, penyusun tabel astronomi, dan penemu Aljabar pada
masa Khalifah Al-Makmun.
b. Abu Kamil Sujak telah mengetahui
perkembangan aljabar di eropa. Tulisan-tulisannya tentang geometri telah
memberikan pengaruh dan konstribusi besar terhadap geometri barat. Terutama
uraian-uraian aljabar terhadap geometri.
4. Bidang
Astronomi.
Musa Ibrahim Al-Farazi di tugaskan oleh Khalifah Al-Manshur
untuk menerjemahkan berbagai risalah astronomi dan India yaitu
Brahmasoutrasidanta dan hasil risalahnya berjudul Al-Magest yang
mengalami dua kali penyempurnaan. Para astronom Muslim berhasil menciptakan
teropong bintang dengan peralatan lengkap di kota Yundhisyapur, Iran.
Al-Farghani
adalah seorang tokoh yang turut ambil bagian dalam pengukuran derajat garis
lintang bumi dan pada masa Khalifah Al-Mutawakkil ia ditugaskan untuk mengawasi
pembangunan Nilometer di Fustat, Mesir.
Al-Battani
yaitu seorang tokoh astronom Arab terbesar penerus Al-Farghani, ia berhasil
menemukan garis lengkung dan kemiringan ekliptik, panjangnya tahun tropis,
lamanya satu musim, dan tepatnya orbit matahari serta orbit utama planet.
5. Bidang
Bahasa dan Sastra.
Ibnu Muqaffa sebelum masuk Islam bergelar Abu Amir, ia adalah
orang pertama yang menerjemahkan karya-karya sastra dari luar ke
dalam bahasa Arab.
Imam Sibawayhi adalah seorang ahli gramatika pada masa
Khalifah Harun Ar-Rasyid, ia juga dikenal sebagai imam ahli nahwu.
Abu Nawas adalah penyair Arab termashur di zaman Harun
Ar-Rasyid. Syair-syairnya dihimpun dalam Diwan Abu Nawas.
6. Bidang
Sejarah dan Geografi.
Al-Mas’ud adalah seorang sejarawan yang dijuluki sebagai
pemimpin para sejarawan, ia juga seorang ahli geografi.
TOKOH-TOKOH
ILMUWAN MUSLIM DAN PERANNYA PADA MASA DINASTI ABBASIYAH TERHADAP PERKEMBANGAN
PERADABAN ISLAM.
1. Bidang
Tafsir Al-Qur’an.
Pada masa sebelumnya para ulama enggan menafsirkan Al-Qur’an
karena takut salah. Di masa Abbasiyah, mereka bersedia menafsirkan Al-Qur’an
karena tuntutan generasi penerus. Dalam ilmu tafsir, terdapat dua pola yaitu
tradisional dan rasional.
-
Tafsir bil Ma’sur.
Yaitu Al-Qur’an yang ditafsirkan dengan hadis-hadis nabi.
Adapun para Mufassirinnya adalah:
1) Ibnu Jarir At-Tabari.
2) Ibnu Atiyah
Al-Andalusy(Abu Muhammad Abdul Haq bi Atiyah).
3) As-Sudi yang berdasarkan
tafsirnya pada Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud.
4) Muqatil bin Sulaiman,
tafsirnya sangat terpengaruh kitab Taurat.
5) Muhammad bin Ishaq,
tafsirnya banyak mengutip cerita israilah.
-
Tafsir Bir Ra’yi
yaitu AL –Qur’an yang di tafsirkan berdasarkan pada akal
pikiran (rasional).
1) Abu Bakar Asam
2) Abu Muslim Muhammad bin
Bihr Isfahani.
3) Ibnu Jaru Al-Asadi.
4) Abu Yunus Abdussalam (Penafsiran Al-Qur’an
yang sangat luas sehingga ia menafsirkan Surah Al-Fatihah saja sampai 7 jilid)
2. Ilmu
Hadis.
Hadis merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an.
Sedangkan kitabnya terbagi kepada 7 kategori, yaitu berdasarkan gaya bahasa,
gramatika bahasa, kisah-kisah, ilmu hukum, ilmu kalam, tasawuf, dan kata-kata asing
dalam Al-Qur’an.
Untuk menentukan keabsahan dan keontetikan suatu hadist para
ulama meneliti dan mengkaji dengan sungguh-sungguh hadist dari segi sanad,
rawi, dan matan(sifat dan bentuk hadist). Pada masa Dinasti Abasisiyah muncul
para ahli hadis yang termashur.
a) Imam
Bukhari, karyanya adalah kitab Jami’ Sahih Al-Bukhari.
b) Imam Muslim,
kitab karangan Sahih Muslim.
c) Ibnu Majah,
karyanya Sunan Ibnu Majah.
d) Abu Dawud,
karyanya Sunan Abu Dawud.
e) Imam
Tirmizi, karyanya Sunan At-Tirmizi.
f) Imam Nasa’I,
karyanya Sunan An-Nasa’i.
3. Ilmu
Tasawuf.
Ilmu tasawuf adalah ilmu syariat yang inti ajarannya
menjauhkan diri dari kesenangan dunia dan mendekatkan diri kepada Allah.
Diantara ulama ahli tasawuf adalah:
a) Al-Qusyairi,
karyanya Risalatul Qusyairiyah.
b) Syihabuddin,
karyanya Awariful Ma’arif.
c) Imam Gazali,
karyanya Ihya Ulumuddin.
4. Ilmu Kalam.
Perkembangan ilmu kalam terjadi seiring dengan genjarnya
serangan orang-orang non-muslim yang ingin menjatuhkan Islam melalui olah fikir
filsafat. Dan ulama yang terkenal di bidangini adalah Hasan Al-Asyari,
Washil bin Atha, dan Imam Syafi’i.
5. Ilmu
Fikih.
Ilmu fikih dimasa Abbasiyah mengalami perkembangan yang cukup
baik, ulama-ulama yang muncul pada saat itu dikenal dengan sebutan dengan “Imam
Mazhab”. Karena kekuatan dan kemampuan mereka dalam menyimpulkan hukum-hukum
dari berbagai masalah yang ada.
Mazhab-mazhab
fikih yang banyak diikuti oleh kaum muslimin di dunia yang muncul pada masa
Abbasiyah adalah:
a) Imam
Abu Hanifah, karyanya Fiqhu Akbar, Al-Alim Wal Musta’an, dan Al-Masad.
b) Imam
Malik, karyanya Kitab Al-Muwatta’, dan Al-Usul As-Sagir.
c) Imam
Syafi’I, karyanya Al-Umm, Al-Isyarah, dan Usul Fiqih.
d) Imam
Ahmad Ibnu Hambal, karyanya Al-Musnad, Jami’ As-Sagir, dan Jami’ Al-Kabir.
The Best Live Casino Site in the UK
BalasHapusThe Best Live Casino Site in the UK is luckyclub also known as the best live casino website. It is not difficult to see why. This site offers the